Kita pernah saling bertukar pendapat tentang baju apa yang akan kita gunakan ketika resepsi pernikahan kita nanti. Apakah baju adat dari mu ataukah baju adat dari daerah ku.
Bahkan aku pernah belajar melafazkan ikrar suci serah terima ijab kabul atas nama mu.
Kita pernah saling berencana seperti apa kehidupan kita setelah hidup bersama nanti. Bahkan kita sudah menyiapkan nama anak kita berdua nanti. Masa itu adalah masa terindah dalam hidup ku yang kurasa sampai saat ini.
Bertahun-tahun bersama merencanakan segala nya hancur begitu saja dengan cara Tuhan Menyalip Rencana Kita. Aku terlalu percaya diri bahwasanya kau akan menjadi kekasih ku sampai maut yang akan memisahkan kita. Nyatanya kisah kita hanya sampai dalam tahap perencanaan.
Kita pernah saling berencana, di kota mana kita akan tempati pergi "honeymoon". Kita pernah berencana di daerah siapa kita akan tinggal. Di daerah ku, ataukah di daerah tempat kelahiran mu. Aku pun sampai teringat kata-kata mu dulu, bahwasanya kau akan ikut kemana pun aku membawa mu.
Kita pernah berangan-angan, jenis kelamin apa yang kita mau untuk anak pertama kita nanti. Aku mau perempuan sebab aku tak memiliki saudara perempuan. Dan kamu menjawab, aku yang mana saja, tergantung takdir Tuhan. Dan akhirnya Tuhan Menyalip Rencana Kita lagi.
Sekian lama kita bersama mempersiapkan segala sesuatunya, akhirnya kandas begitu saja tanpa tersisa dan tanpa jejak. Aku menangisi kepergian mu. Aku tangisi kegagalan segala rencana kita. Namun aku tak ingin melawan nya, karena semua ini pasti rencana terbaik Tuhan. Dalam jangka waktu yang lama aku belajar untuk mengikhlaskan kehilangan jejak dirimu. Entah ikhlas ku ini murni karena inginkan kebahagiaan untukmu ataukah murni karena pasrah. Sebab tidak ada gejala yang begitu nyata yang aku rasakan akan kehilangan jejak dirimu.
Kau tahu, semenjak kehilangan jejak mu. Aku berusaha keras untuk bisa menerima bahwa bayangmu telah ada yang menemaninya saat ini. Aku merasakan "kese"pian disaat aku benar-benar dalam keadaan sendiri. Tak tahu harus bagaimana untuk membuka hati dalam kisah yang baru lagi. Karena yang hadir nyatanya tidak sungguh-sungguh ingin mencintai melainkan hanya sekedar singgah.
Kore, 14 November 2020
Komentar