Hangatnya cinta mu kini dingin membeku. Semua rasa mu bagaikan telah mati untukku. Aku bertanya-tanya namun tidak pernah jua mendapatkan jawaban.
Aku masih dengan harapan yang sama saat pertama kali mencintai dan mengagumi mu dari jauh. Mengkhayal kan tentangmu sampai bermimpi mengenai dirimu yang telah pergi. Hanya satu yang sempat ku sesali, kenapa aku bisa terlena oleh cerita mu. Sampai aku begitu peduli hingga aku berjanji dalam diriku untuk bagaimana membuat mu bahagia. Aku begitu mencintaimu sampai aku tertipu oleh ceritamu. Aku begitu peduli dengan kesedihanmu, sampai aku terjebak oleh keadaan dimana saat kita mulai menjalin cinta, kau hadirkan masa lalu mu dalam perjalanan kisah cinta kita, namun aku tak pernah peduli. Asal hal itu bisa membuat mu bahagia aku terima kisah ku dijadikan sebagai pelampiasan mu.
Setapak demi setapak aku mencintaimu. Terpenjara oleh keinginan memilikimu. Menjadi orang yang terpenting dalam hidupmu hingga aku sempat berpikir untuk melenyapkan dirimu ketimbang kau bersama yang lain.
Aku hanya khilaf menyakiti mu. Mendua mu aku terima, kau berjumpa dan reuni dengan mantan pun aku tetap bisa menerimanya. Tapi kesalahan kecil dari sikap aku tak bisa dimaafkan oleh dirimu. Puluhan kali aku meminta kesempatan kedua tapi tak pernah kau gubris. Perjuangan tinggal perjuangan, kisah itu sudah ternodai oleh sikap tak pernah ingin mengerti dari pribadi kita masing-masing.
Dan aku kini menyadari tak ada kesempatan untuk mengulang lagi. Yah, kesempatan ku telah hilang bersamaan dengan berjalannya waktu. 3 tahun berjuang untuk bisa bersama ternyata hasilnya nihil. Hanya luka yang bisa kurasakan. Hancurnya pengharapan ku seakan tak ingin lagi mengenal cinta.
Kau berikan aku kenikmatan dari bagian raga mu. Kau ijinkan aku mencumbu jasad mu. Namun kau tak pernah menyadarinya bahwa kenikmatan itu telah membuat aku semakin tergila-gila oleh sentuhan demi sentuhan dari tubuhmu.
Aku yang merasa bersalah karena telah menikmati indahnya kenikmatan itu. Dan engkau dengan mudahnya melupakan rasa yang pernah kita nikmati bersama. Tak adakah rasa sesal di benakmu saat engkau melangkah pergi tanpa sedikitpun mengenang kisah kita.
Kau yang ajarkan aku segala hal tentang kenikmatan itu kau pula yang memberikan aku kesudahan akan nikmatnya kenikmatan itu. Aku hanya bertanya-tanya dalam hatiku sampai detik ini. Bisa-bisanya kau pergi dengan entengnya tanpa sedikitpun rasa sesal itu.
Apakah tak ada rasa malu dalam dirimu.
Mengingat tak ada satupun di tubuhmu yang tidak pernah aku nikmati.
Bahagia lah dengan cara kenikmatan yang kau pilih saat kau meninggalkan aku yang dulu selalu berjuang. Bersenang-senang lah dengan kisah baru mu. Menghilang lah untuk selamanya dalam hidupku, mati nya diri mu selalu aku inginkan sebelum pertemuan kita kembali menjadi ain bagi dirimu.
Komentar