Untuk dirinya yang pernah menjadi duniaku.
Sejenak aku belajar banyak dari dirimu. Mencintaimu dengan penuh tantangan. Mulai dari keluarga besar mu sampai akhirnya rasa tidak restu itu pun hadir di antara kedua orangtua mu. Menyayangi mu adalah ujian yang amat berat untuk ku pelajari. Mulai dari ujian untuk perasaan kita sampai perasaan itu hilang perlahan dari dalam dirimu
Aku belajar untuk bisa menerima kenyataan selama bersama dirimu. Mencoba untuk perlahan-lahan melupakan rasa dendam. Belajar sabar menghadapi setiap kali dirimu menghadirkan dia yang pernah menjadi bagian dari masa lalu mu kedalam cerita indah kita berdua.
Adik, tak adakah membekasnya rasa yang aku berikan selama ini dalam hatimu. Tak pernah kah bersemayam sedikit pun rasa sayang yang aku tunjukkan selama ini. Hingga dengan mudahnya kau mengatakan,
"Aku sudah tak ada rasa lagi terhadap dirimu. Aku sebenarnya sudah lama ingin pisah namun aku takut mengatakannya".
Aku ternyata diberikan kepalsuan oleh mu selama ini. Aku yang berjuang untuk hidup bersama namun kau yang membuang keinginan ku itu secara diam-diam. Kau tertawa bersama di depanku namun di belakangku kau seakan mentertawakan diriku yang mengemis cintamu.
Aku ternyata dibutakan oleh paras mu yang begitu cantik. Senyuman mu yang begitu polos membuat perasaan ini semakin bertumbuh setiap saat. Aku yang tulus mencintaimu namun dirimu yang menciderai ketulusanku.
Apakah kau sadar selama ini kau telah mempermainkan diriku. Aku begitu tulus mencintaimu. Dunia ku adalah dirimu. Segala hal tentang mu aku mencintainya. Aku mulai mengasingkan duniaku demi masuk ke dalam duniamu.
Mencintaimu adalah candu yang selalu aku nikmati, tapi ternyata aku lupa bahwa candu itu akan membunuhku suatu saat.
Angan yang selalu kita bicarakan terasa seperti dongeng bagiku. Kau anggap diriku bagaikan badut yang datang dan hadir hanya saat dirimu butuh hiburan. Mengapa kau fasik untuk aku yang begitutulus mencintaimu.
Adik, aku pernah mencoba untuk tidak menginginkan dirimu. Mencoba mencintai sosok lain dalam perjalanan ku. Bahkan aku sempat ingin kembali ke masa laluku. Tapi semakin aku mencoba semakin rasa sayangku padamu bertambah besar. Aku pun semakin yakin bahwa apa yang kita angankan akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
Tapi ternyata bom waktu yang kau hadirkan. Dan, Boooommmmm..........kau hancurkan segala apa yang telah aku perjuangkan selama ini.
Kau sadar, ada hati yang tulus yang menjadi korban dari bom waktu itu.
Percayalah, kau takkan temukan orang yang mencintaimu sebagaimana aku menyayangimu saat ini. Bahkan sampai saat kau utarakan kalimat bencana bagiku perasaan ku tetap tulus mencintaimu.
Ada tetesan air mata ketulusan yang dengan sendirinya menetes saat ku baca kalimat yang kau kirimkan saat itu.
Ada sebuah dendam yang terbangun untuk dirimu namun dendam itu di kalahkan oleh rasa sayang yang begitu besar.
Adik, aku tahu perjuangan ku mungkin tidak seperti yang kau harapkan namun percayalah, cinta dan ketulusanku untukmu lebih dari yang kau impikan.
Adik, awal kau berikan cintamu untukku apakah kau sadar saat itu kau menyembuhkan luka yang begitu cacat dalam ragaku. Namun kali ini kau telah kembalikan luka itu dengan cacat yang begitu fatal. Aku tak pernah dendam akan dirimu namun aku takkan pernah melupakan segala yang aku alami selama mencintaimu.
Jika dalam mencintaimu, diri ini selalu kekurangan dalam memberikan dirimu kebahagiaan. Maka ijinkan aku perlahan-lahan mencoba kembali memberikan cinta sebagaimana yang kau harapkan. Aku mendambakan dirimu bukan hanya dalam bentuk fisikmu melainkan lebih dari segala tentangmu.
Aku selalu berusaha menjadi seperti apa yang kau inginkan. Sehingga aku lupa seperti apa dunia ku yang sebenarnya. Aku tak apa menjadi budak cintamu asal aku bisa selalu ada disaat dirimu ingin di layani. Aku tak apa menjadi pengawal mu asal bisa menjaga dirimu dari segala kekejaman dunia. Aku tahu saat ini dirimu sudah tak sama lagi sebagaimana dulu pertama kali kita saling mencintai. Entah ada orang lain antara kita ataukah hal lain yang membuat dirimu berubah. Namun aku tetap mencintaimu. Aku tak pernah bisa membenci duniamu. Meskipun kau begitu kejam dalam mencintaiku. Meski kau sering mengatakan bahwa hanya luka yang ada jika kita selalu bersama.
Adik, aku tak pernah sesali jalan ini. Bertemu dan mengenal mu adalah takdir yang tak bisa aku hindari.
Jika pun aku akan kecewa akan dirimu aku telah merasakannya saat ini. Aku seolah-olah telah terbiasa akan sakit hati dengan segala ucapanmu.
Aku berusaha untuk melawan rasa kecewaku atas apa yang selalu kau katakan. Namun aku tak bisa. Karena aku serasa bersandar dalam dirimu. Duniaku benar-benar dirimu. Entah aku yang telah buta oleh duniamu atau memang aku tak mampu untuk tidak mencintai mu terus menerus.
Pujaan ku, hatiku sepertinya sudah mati dalam pelukanmu. Dalam lamunan pun aku tetap mengkhayalkan dirimu. Jika kita akan ditakdirkan untuk bersama, apakah dirimu akan bisa mencintaiku sebagaimana aku tulus mencintaimu?
Komentar