Untuk mu yang memutuskan pergi, sudah sejauh itu ternyata kau pergi. Bahkan menoleh sedikitpun kebelakang saja kau tak pernah, sesingkat itu kamu lupa akan hal-hal tentang kita dulu?
Tentang aku dan kamu yang punya tujuan bahagia bareng, tentang kita yang tak pernah ingin sama-sama kehilangan, tentang aku yang takut kamu pergi dan tentang kamu yang sangat takut aku hilang. Apapun tentang kita dulu, kita adalah dua orang yang sangat takut kehilangan satu sama lain. Tapi aku juga harus sadar diri dan tidak mau memaksa kehendak mu, jika dengan meninggalkan ku, adalah kebahagiaan mu, maka lakukanlah. Mampu atau tidaknya aku tanpamu biarlah menjadi urusanku dengan tuhan ku.
Apa kau tahu kedatangan mu dulu merubah dunia serta diriku. Dan cintaku padamu melebihi cintaku pada diriku sendiri, tapi pada akhirnya cinta yang pernah kau singgahkan dalam hatiku kini telah menjadi luka dan trauma. Aku tak pernah menjanjikan kebahagiaan kepadamu. Tapi kebahagiaan mu adalah tanggung jawab diriku. Segala cara akan aku tempuh untuk memberikan kebahagiaan yang kau inginkan. Materi, waktu, cinta bahkan jiwa aku berikan hanya untuk membahagiakan dirimu. Sebab aku tahu bagaimana tersiksanya batin mu selama ini. Tapi mengapa kau hadirkan orang lain lagi untuk bisa membahagiakan dirimu. Jika tak cukup dariku, beritahu diriku bukan kau hadirkan dirinya.
Aku pernah kau sebut "rumah impianmu" dulu. Menjadi tempat ternyaman untuk kau pulang di saat dirimu tak tentu arah. Namun mengapa semuanya berubah saat kisah kita hampir mencapai titik akhir. Bukankah aku selalu menghapus air matamu di saat kesedihan mu memuncak. Lalu mengapa kau hadirkan tangan orang lain lagi untuk bisa menghapus air matamu.
Diriku mulai menjadi orang asing di matamu, kau mulai menghindar kebersamaan denganku secara perlahan. Disisi lain aku berjuang keras untuk bagaimana memperbaiki diri ku agar bisa seperti yang kau inginkan.
Aku sadar bahwa orang yang mencintai mu bukan hanya diriku, karena dirimu selalu membanggakan betapa banyaknya lelaki di luar sana yang mencintai mu. Tapi yang mencintaimu disaat kamu mencintai orang lain hanyalah diriku. Aku merindukan mu, aku rindu bercerita tentang hariku, rindu menerima obrolan spam darimu dan juga aku rindu bagaimana kita membicarakan topik acak dimalam hari. Aku merindukan segalanya tentang dirimu. Untuk rindu bisakah dirimu diam, saat ini dia sudah tak lagi ku genggam.
Aku tertawa ketika mengingat pernah menangisi dirimu, tapi disatu sisi aku menangis ketika mengingat pernah tertawa bersamamu. hujan tidak pernah tahu dia membasahi siapa, tapi air mata tahu dia jatuh untuk siapa. Jika aku adalah orang terburuk yang pernah kau temui, pamitlah dan temukan dia yang kau anggap terbaik.
Seiring waktu, aku sudah bisa ikhlas, mungkin lebih tepatnya terpaksa untuk merelakanmu. Atas apa yang telah kau lakukan pada ku, namun bila suatu saat nanti rasa sakit dan kecewaku berbalik padamu. Percayalah, itu bukan karena aku mendo’akan mu yang tidak baik, namun sempat ada tangis yang ku tumpahkan di hadapan tuhan, diwaktu aku bersujud sembari menangisi dirimu dalam sepertiga malam ku.
Dulu kau adalah sendu yang setiap hari aku sapa dengan penuh harapan. Kau juga adalah candu yang kerap kali aku sebut dalam do’a panjangku. Tapi aku hanya sepuing pengganggu bagi mu, yang menyukai keheningan. Dan ikhlas terbesarku kala aku hanyut dalam keheningan tangisan malam. Akan kuperbaiki perahu ku, hingga aku bisa berlayar lagi. Semoga angin membawaku ke tempat terbaik meski sempat terdampar di tempat yang salah
Tuhan, aku tahu dia bukan lagi milikku, namun ketika dia tak ada kabar, aku tak bisa mendustakan rindu ini, sungguh atas nama mu aku mencintainya. Bagaimana mungkin aku melupakannya sedangkan engkau berikan hati ini untuk selalu teringat akan dirinya. Ya tuhan, takdir apa yang sedang engkau rencanakan saat ini. Mengapa engkau berikan hati ini terus menerus merindukannya, sedangkan aku tahu untuk bersamanya saja sangat sulit. Tuhan, aku titip dia, jagalah dia dalam segenap penjagaan mu sebagaimana engkau menjagaku.
Bagaimana mungkin aku bisa membenci orang yang telah memberiku banyak pengalaman hidup? Bagaimana mungkin aku dendam pada orang yang membuatku bisa kuat sampai sekarang?
Aku tahu kita sudah berpisah. Kita sepakat untuk berbeda arah, mungkin bukan sepakat lebih tepatnya ini keputusanmu. Aku menghargaimu dengan menerima keinginanmu. Walaupun sebenarnya aku masih belum tahu bagaimana caranya menjalani hariku dalam bayang-bayangmu.
Kalau ditanya kecewa! Iya aku kecewa.
Kalau ditanya terluka! Iya aku terluka.
Kalau
ditanya menyesal, aku sama sekali tidak akan menyesal mengenal dirimu. Aku tidak
pernah bisa memaksa orang lain untuk mencintaiku walaupun diriku sangat
mencintainya. Aku lebih memilih untuk berlapang dada, aku memilih untuk
mengikhlaskan semuanya. Kalau ternyata tujuan mu, sudah bukan aku, itu letaknya
diluar kendaliku. Aku tak merasa kalah karena harus berhenti mencintaimu.
Justru aku merasa menang karena sudah pernah berusaha. Berbahagialah kamu
dengan siapa pun, yang akan jadi pendamping mu, nanti.
Komentar