Kajian Botani, Kegunaan, dan Budidaya Alstonia scholaris (Pulai): Menelusuri Warisan Alam dan Kearifan Lokal dalam Pengobatan Tradisional
Nama Ilmiah:
Alstonia scholaris´ (L.) R. Br.
**Nama Daerah**:
- Kayu Kita (Bhs. Tontemboan)
- Kayu Telor (Bhs. Minahasa)
**Nama Asing**:
- Devil’s tree, Ditta bark tree (I)
- Chatian, Saitan-ka-jhad, Saptaparna (IP)
- Co tin pat, Phayasattaban (T)
**Famili**: Apocynaceae
**Sinonim**:
- Echites scholaris L.
- E. pala Ham.
- Tabernaemontana alternifolia Burm.
**Nama Simplisia**: Alstoniae Cortex (kulit kayu dan cabang).
**Pertelaan**:
Pohon dengan tinggi 20-25 m. berbatang lurus dengan diameter dapat mencapai 60 cm, percabangan mengarpu, bergetah putih, rasanya sangat pahit. Daun tunggal, tersusun berkarang 4-9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5-15 mm, bentuk daun lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah agak pucat, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, panjang 10-23 cm, lebar 3-7,5 cm.
**Perbungaan**: Majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga memiliki bau khas yang harum, berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20-50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5-2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya.
**Perbanyakan**: Dapat dilakukan dengan biji atau stek batang dan cabang.
**Kegunaan dan Cara Meramu**:
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah kulit batang yang dipercaya mampu mengobati malaria. Ambil kulit batang sebanyak 3 potong, kemudian rebus dalam 1 liter air sampai mendidih. Minum air rebusan sebanyak 1 gelas setiap pagi dan sore sebelum makan. Getah kadang-kadang dipakai oleh ibu-ibu untuk membuat bayi berhenti menyusui karena memiliki rasa pahit. Getah dioleskan pada payudara ibu.
**Terkait dengan Budidaya**: Perbanyakan tumbuhan ini dapat dilakukan dengan biji atau stek batang atau cabang.
**Kandungan Kimia**:
Pulai memiliki rasa sangat pahit. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kulit kayu pulai diantaranya alkaloid ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (α-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin, sedangkan bunga mengandung asam ursolat dan lupeol.
**Sifat dan Khasiat**:
Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau. Berkhasiat sebagai peluruh dahak, peluruh haid, stomakik, antiperitik, pereda kejang, menurunkan kadar gula darah (hipoglikemik), tonik, dan antiseptik. Daun pulai dapat mempercepat pemasakan bisul dan berguna sebagai pelancar ASI.
**Kegunaan Lainnya**:
1. Hipertensi: Rebus 10 g kulit batang pulai dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Minum air rebusan sekaligus satu kali sehari.
2. Koreng kotor, bisul, koreng, dan borok: Tumbuk halus daun pulai kering, lalu taburkan pada luka. Sebelum ditaburkan, bersihkan luka dengan alkohol 70% terlebih dahulu.
3. Nyeri (di sisi dada atau karena tusukan): Kunyah akar pulai dengan pinang secukupnya dan buang ampasnya. Lakukan satu kali sehari.
4. Spilis, beri-beri, sakit usus, cacing, disentri, diabetes, dan malaria: Rebus 16 lembar daun pulai muda dengan air bersih. Minum air rebusan satu kali sehari pada pagi hari sampai sembuh.
**Nama Daerah Lainnya**:
Pulai (Sumatera); Kayu gabus (Melayu); Pule (Jawa); Lame (Sunda); Polay (Madura); Hanjalutung (Kalimantan); Kaliti, reareangow, kita, rariangow, wariangow, mariangan (Maluku); Rite (Ambon); Tewer (Banda); Hange (Ternate), Rida (Bima).
Komentar